Thursday, May 03, 2007

Perhentian berikutnya...

Tiga hari melarikan diri dari kantor
Dua hari aku habiskan bolak-balik ke perpustakaan CSIS di Tanah Abang

Gara-gara penasaran dan emang lagi super iseng, pulangnya aku mau coba naik busway koridor baru. Niatnya sih mau ke arah Ragunan, naik dari Halte BI.
Tapi berhubung nanyanya kurang lengkap dan nggak merhatiin jalan buntut-buntutnya malah nyasar dan turun di Kampung Rambutan. Hehehe…

Keberadaan busway ini memang masih jadi perdebatan. Kalau memang keberadaannya menambah macet dan mampu membuat orang-orang mengistirahatkan mobilnya dan memilih naik busway, itu yang diharapkan. Tapi nyatanya bukan seperti itu yang terjadi, sepertinya banyak pemilik kendaraan pribadi tidak sanggup berpisah dari mobilnya, selain memang keberadaan busway belum mampu menyaingi kemudahan dan kenyamanan yang diperoleh dari kendaraan pribadi.

Walaupun begitu, saat ini, dengan semakin panjang dan banyaknya koridor, Jakarta dapat dijelajahi dari ujung ke ujung hanya dengan uang tigaribu lima ratus rupiah.

Dari pengalamanku ada beberapa hal yang mengurangi kenyamanan busway:

  • Koridor yang paling nyaman baru koridor I. Mungkin karena memang yang paling lama, selain itu hampir seluruhnya memiliki jalur khusus busway, jadi lumayan bebas macet. Bandingkan dengan koridor VII (Kampung Rambutan-Kampung Melayu) yang masih bercampur dengan kendaraan lain selama menyusuri jalan raya Bogor yang hanya memiliki dua jalur.
  • Pengendara busway yang baru direkrut dari mantan pengendara metromini ya?
  • Naik busway memang hemat. Tetapi kompensasinya untuk berpindah koridor di halte penghubung harus menempuh jarak yang cukup jauh dan naik turun tangga miring. Iya sih, keringat bakal ilang pas udah masuk bus.
  • Kadang jarak antara pintu halte dengan pintu bus cukup jauh, jadi perlu berhati-hati. Entah karena memang posisi haltenya atau mungkin pengendaranya yang kurang jago. Kalau nggak salah udah pernah ada yang jadi korbannya
  • Harusnya ada peta jalur busway yang berbentuk selebaran, bukan hanya yang ditempel. Biar nggak nyasar dan petugasnya nggak capek nerangin. Tetapi busway memiliki situs yang isinya lumayan *lumayan kurang jelas, maksudnya* Keterangan yang cukup lengkap tentang busway justru bisa ditemukan di sini.
  • Koridor baru belum dilengkapi rekaman :”Perhentian berikutnya….” Kasihan, petugas yang jaga pintu harus teriak-teriak di tiap halte.

Tips naik busway:

  • Setelah berusaha mempelajari jalur-jalur koridor, tapi masih merasa belum yakin di mana saja harus berpindah koridor, jangan segan bertanya ke petugas atau penumpang lain yang terlihat sudah berpengalaman. Tanya sejelas-jelasnya
  • Siap-siap dengan plan B, kalau ternyata cara pertama juga tetap membuat kita nyasar. Misalnya mau ke Depok, nggak Cuma bisa dari Kp. Rambutan kalau udah terlanjur lewat Blok M atau Ragunan juga bisa. Paling apes kalau nyasar sampai Pulo Gadung pun ada Bis Patas AC 84 PuloGadung-Depok, hehehe…
  • Cuma, kalau baru kelewatan satu atau dua halte lebih baik langsung turun di halter terdekat, dan naik busway arah sebaliknya. Tenang, nggak bayar ini…
  • Busway selain kursinya empuk dan ber AC dingin, juga relatif aman dari copet. Tapi tetap nggak ada salahnya untuk waspada.
Sampai di halte tujuan.
Check your belonging and step carefully. Have nice trips, folks!

No comments: