Tuesday, December 18, 2007

4 dari 150



Di tengah sempitnya waktu (pekerjaan-pekerjaan akhir tahun yang datang terus-menerus) dan sempitnya dana (abis beli tas, beli power supply n vga chips, bujet buat pulkam, kado, tagihan telpon yang berlipat –well, I blame u 4 this!- ) aku menyisihkannya untuk Rolling Stone edisi Desember.
Edisi bulan ini memang lain dari biasanya, dengan cover 3D seperti penggaris jaman dulu –harganya juga jadi mahalan-. Topik utamanya adalah 150 album Indonesia terbaik. Dengan rentang waktu dari tahun 50 an sampai sekarang. Dengan criteria : kualitas, pengaruh dan inspirasi yang ditimbulkan. Jadi yang masuk ke dalam daftar sangat beragam mulai dari albumnya Burgerkill (list ke 113) sampai Oma Irama (list 11).
Tak heran dari 150 itu hanya ada 4 album yang aku punya –ya, maap! Emang bukan kolektor-, yaitu Album Padi : Sesuatu yang Tertunda (no 55), Maliq n d’essential : 1st, Padi: Save My Soul dan Andre Hehanusa: Bidadari. Tapi takhanya itu, sebagian albumnyapun aku gak kenal atau bahkan “siapa sih?” : Rin Djamain, Rara Ragadi, Pahama, yang memang membuat album jaman-jaman aku kecil/blum lahir.
Yang berada di daftar nomor 1 adalah Album Soundtrack Film Badai Pasti Berlalu. Siapa sih, yang ngaku suka musik (dan film?) yang nggak kenal lagu-lagunya? Sudah 30 an tahun berlalu dan masih tetap enak untuk dinikmati.
Lalu di nomor 2 ada Album Guruh Gipsy *kata mas yang jual kaset seken di Detos harga kaset aslinya sekarang udah jutaan*. Ternyata dulu Cuma dicetak 5000 copy. Aku gak yakin apa aku udah pernah dengar lagu –lagu dari album itu.
Yang mengherankan aku hanya Naif (22). Band yang tergolong baru, dibanding daftar 25 besar lain yang sudah legendaris (Koes plus, Bimbo, Slank) tapi kenapa dianggap pantas masuk 25 besar, apa hanya karena membawakan lagu-lagu retro aja udah bisa masuk kriteria itu? Yah, subyektif sih… Kalo Pas Band ada di nomor 9 menurutku masih bisa diterima, untuk alas an sebagai pelopornya album indie. Tapi Naïf ? Kayaknya biasa aja deh!
Tapi kalo diliat-lihat, dari 150 album itu sebagian besar adalah album band atau kerjasama dari beberapa orang artis. Jarang-jarang yang album solo. Album dari penyanyi solo paling Cuma, Fariz RM, Harvey Malaiholo, Andi Meriem, Andre Hehanusa. Kenapa ya?
Dari sekian banyak album, banyak ulasannya yang membuat aku pingin denger ( ato pingin denger lagi) seperti Swami (1989) yang sangar dan fenomenal atau Andi Meriem Mattalatta yang dibilang bersuara bagaikan sutera :p. Tapi yang ada di daftarku paling atas adalah Sore : Centralismo (2005). Menurut ulasannya, tak banyak musik yang bisa disebut sebagai timeless – tapi centralismo masuk kategori yang langka itu.
Penasaran seperti apa sih, lagu yang ” terdengar seperti soundtrack kehidupan seseorang yang kangen akan masa-masa yang lebih bersahaja di Jakarta Pusat”. *youtube, search.....*.

Jadi berapa jumlah koleksi album musik kamu yang masuk 150 besar? Ayo hitung!