Sunday, April 29, 2018

Margonda dulu dan sekarang

Jaman akhir 90an sepanjang jalan Margonda banyak bermunculan warung tenda dengan beragam jualan. Sebagian besar berjualan nasi uduk + pecel ayam. Bahkan band the Fly pun sempat punya satu tenda minuman.
Tren berubah di awal 2000, warung internet bermunculan
Sekarang, sekitar 10 tahun sesudahnya jumlah warung internet di Margonda nyaris tak tersisa
Saat ini yang memenuhi Margonda adalah tempat kuliner. Rasanya setiap lewat selalu terlihat ada warung kopi atau tempat makan baru yang dibuka

Sabtu-Minggu lewat Margonda siap-siap macet

#draf ditulis sambil kena macet Margonda

Saturday, April 14, 2018

Menghilangkan Bad Mood

Beberapa hari lalu di kereta, layar di tengah kereta menguraikan cara menghadapi bad day, yang setelah didengarkan, menurut saya, nggak praktis dan kadang menimbulkan masalah baru.
Misalnya :
- Masuk ke toko bunga dan beli karangan bunga paling bagus. Plis deh berapa harga karangan bunga? Mungkin bete ilang, tapi uang yang terpakai bisa jadi mengurangi jatah pengeluaran lain. Dan itu tips khusus perempuan ya?
- Mendengarkan teman curhat. Alasannya biar nggak merasa sendirian yang bermasalah.
Emang dikira dengerin curhat orang nggak melelahkan?
- Memandang bintang di langit. Trus?

Kalau saya, cara penanggulangan bad mood itu begini:
- Pasang musik. Kalau sedang di jalan pakai headset. Kalau sedang di rumah lebih baik lagi karena bisa sambil joget kacau yang penting badan bergerak
- Hujan-hujannya sepulang kerja. Sambil nangis juga nggak ketahuan
- Lakukan hobi kita. Jahit, gambar apa saja yang bisa mengalihkan pikiran
- Telpon orang dekat. Tapi ngobrolin hal lain saja
- Pernah juga bad mood hilang tak sengaja. Ceritanya pas pagi bad moods iseng naik trans ke kantor tapi baru setengah jalan tambah kesel karena macet dan udah telat *dan kebelet pipis*. Akhirnya turun naik ojek, di jalan kena angin, kena matahari dan abang ojeknya ganteng sampai kantor bad mood sudah hilang sendiri

Berkunjung ke Pasar Tanah Abang



Sabtu lalu sambil menunggu toko langganan buka, saya mengamati orang yang lalu –lalang.  Dan dalam waktu yang tidak terlalu lama ada sekelompok ABG dan satu keluarga yang sudah dua kali lewat di depan saya. Jadi lah terpikir untuk buat tulisan tentang Pasar Tanah Abang.

Pasar Tanah Abang memang memiliki banyak kelebihan dibanding pasar-pasar lain di Jabodetabek. Lokasinya di pusat Jakarta dengan 6 blok yang saling terhubung membuat pengunjung memiliki banyak sekali pilihan barang dengan harga yang relative murah, apalagi jika membeli secara grosir.
Hanya saja bagi yang belum terbiasa, berkunjung ke Tanah Abang kadang bukan merupakan pengalaman yang menyenangkan. Mengapa?

  • ·         Banyaknya pilihan barang  awalnya menyenangkan tapi kalau sulit menetapkan pilihan akan bikin pusing. Pilihan barang itu juga disertai pilihan harga. Karena meskipun judulnya pasar, tetapi ada juga barang-barang premium yang dijual dengan harga lumayan mahal
  • ·         Tanah Abang itu sangat luas, Blok A saja memiliki 12 lantai untuk toko (di luar tempat parkir) dan masing-masing lantai memiliki 6 los, tapi kalau sudah pusing kadang kita sering terjebak muter-muter di situ-situ saja. Sampai malu sama yang punya toko. “Eh tadi kita udah ke sini belum ya?”
  • ·         Barang sih memang murah dan lucu tapi apa yakin bakal dipakai ? Apalagi kalau perginya rame-rame kadang tergiur beli sesuatu yang  bukan-gue- banget-deh (tapi lucu….tapi akhirnya nggak pede pakai).
  • ·         Pajaknya banyak. Selain biaya makan siang, kalau kalap sering terbeli barang-barang di luar tujuan awal.

Dengan semua kepusingan itu kalau belinya hanya sedikit sih lebih baik ke  tempat yang dekat rumah saja, nggak capek.
Tapi untuk yang berniat bulat ke Tanah Abang begini gambarannya.  Bagian utama dari Pasar Tanah Abang itu ada di 4 gedung. Blok A, Blok B, Metro dan Blok F ini urutan berdasar ukuran pasar.
Blok A terdiri dari 19 lantai (luas per lantainya harus cek google dulu heeehe) :12 lantai toko, 1 lantai foodcourt, rooftop untuk masjid, 5 lantai yang full untuk parkir (lantai 9 ke atas), Bangunan paling tinggi dengan ornament warna hijau di atasnya .
Blok B terdiri dari 16 lantai: 10 lantai untuk toko pakaian dll, 6 lantai untuk parkir. Terletak di samping kiri Blok A  kalau dari arah jalan KH Mas Mansyur (atau sebelah selatan Blok A). Blok A dan B terhubung di semua lantai dengan beberapa pintu penghubung
Metro, seingat saya, tempat belanjanya hanya 7 lantai. Letaknya di seberang jalan dari Blok A dan B terhubung oleh 2 jembatan di atas jalan KH Mas Mansyur, di lantai Ground dan 1.
Blok F malah hanya 4 lantai untuk toko. Terletak di belakang Blok A dan B, dari Blok A dan B bisa jalan lewat bawah, dan ada juga beberapa pintu penghubung di Lower Ground dan Ground. Blok F ini yang paling dekat dengan stasiun Tanah Abang jika kita berjalan kaki lewat  Jati Baru.
 Bagi yang mau beli untuk dipakai sendiri lebih baik tidak perlu ke Metro. Di sini sebagian besar barang grosir yang harus dibeli dalam jumlah minimal antara 3-6 pcs. Harganya memang jauh lebih murah sih tapi apa iya mau pakai baju model sama cuma beda warna ? Juga Blok F, bangunan pasar yang paling tua dibanding 3 yang lain walaupun beberapa tahun lalu bagian dalamnya sudah direnovasi, dipasang AC, escalator diaktifkan dan ubin baru. Entah kenapa di Blok ini orang-orang masih berperilaku jorok , buang sampah sembarangan dan merokok. Tapi harganya memang relative lebih murah dibanding di Blok A dan B dan bisa beli satuan. Jenis produk yang dijual di Blok F mirip di Blok A dan B, yang menurut saya beda adalah barang di Metro. Di Metro itu  kebanyakan barang impor dari China, Taiwan atau Hong Kong? Entahlah… baju-baju sih lucu-lucu, dalam arti positif , godaan banget deh kalau ke sini dan walaupun di sini ada dress panjang yang bisa jadi gamis tapi seingat saya tidak ada yang jual baju koko atau jilbab atau mukena di Metro. Jadi ingat saja kalau ke sini jangan cari mukena.
Untuk memudahkan berbelanja perlu diketahui spesialisasi masing-masing lantai. Beda dengan Metro dan Blok F yang tiap lantainya cenderung gado-gado campur, di Blok A dan B ada pengelompokan per lantai. Dan pengelompokan ini sama untuk Blok A dan B. Berikut daftar pengelompokan dari lantai yang terbawah.
·         Lantai B2 (Basement 1)=  kain brokat, tile,batik , perlengkapan jahit menjahit renda segala rupa, pita, payet)
·         Lantai B1 =  korden, sprei, dan rupa-rupa kain dari katun , kanvas, blacu
·         Lantai SLG = campur-campur dari baju tidur, jilbab, blazer, jilbab, mukena, baju muslim
·         Lantai LG (Lower Ground) = mirip SLG. Lantai SLG dan LG ini lantai yang sejajar dengan jalan pintu keluar utama.
·         Lantai G (Ground)= baju anak
·         Lantai 1 = baju dalam , seragam sekolah , baju/seragam olah raga (ada yang menyediakan sablon/bordir di tempat), kaos kaki, baju pria, jaket, jeans
·         Lantai 2 = batik
·         Lantai 3 = tas dan sepatu/sandal
·         Lantai 3A = aksesoris
·         Lantai 5 = baju muslim, jilbab, mukena, baju koko
·         Lantai 6 = butik pakaian pria/wanita, beda model dengan lantai lain
·         Lantai 7 = tas dan sepatu/sandal impor
·         Lantai 8 = foodcourt
·         Lantai 9 – 12A = tempat parkir
·         Lantai A = masjid
Untuk Blok B lantai 6 -11 adalah tempat parkir.
Setiap lantai Blok A dan B memiliki 6 deret yang berhadap-hadapan yang disebut Los dari Los A hingga F. Bedanya di Blok A los A dimulai dari sebelah kiri dari pintu masuk utama , kemudian Los B dan seterusnya dengan los paling kanan los F. di Blok B los A dimulai dari sebelah kanan , kemudian Los B dan seterusnya dengan los paling kiri los F. Penomoran tokonya  memutar –balik, jadi toko nomor 1 berhadapan dengan nomor terbesar. Hal ini perlu diketahui kalau misalnya untuk mencari alamat toko  atau kalau kepisah lebih baik salah satu diam di satu toko agar mudah dicari (kecuali kalau iseng maupun diumumkan lewat speaker di seluruh pasar).
Tips berbelanja di Tanah Abang
1.       Baca doa sebelum masuk pasar agar tidak kalap. Selain doa yang sering saya ingat-ingat kalau masuk pasar adalah “yang lucu dilihat belum tentu lucu dipakai” diulang sampai pegel
2.       Buat daftar belanja dan focus ke daftar tersebut, kalau kebanyakan tengok yang lain-lain seringnya barang tujuan awal justru tidak terbeli
3.       Bawa uang secukupnya, ketimbang keterusan. Kalaupun kurang, ada ATM center di Blok A lantai B1 dan B2 los F, Blok B lantai LG los A bagian belakang, lantai dasar Blok F dan hampir semua lantai ada beberapa ATM
4.       Harga barang umumnya tidak terlalu bisa ditawar. Kalaupun bisa paling turun 5ribuan. Kecuali untuk tas, kalau agak ngotot bisa turun lumayan
5.       Kalau dalam gedung lumayan aman dari copet tapi tetap harus selalu waspada
6.       Kalau mau pindah lantai lebih cepat pakai escalator dibanding lift. Lift nunggunya lama dan sering penuh. Kalau berpindah banyak lantai di Blok A pilih escalator yang ada di pinggir –pinggir deretan Los B dan E ada empat di depan dan belakang, jangan escalator tengah, karena yang pinggir-pinggir itu eskalatornya bersambung sehingga hemat waktu dan tenaga (apalagi kalau bawa belanjaan banyak). Di Blok B , escalator semacam itu ada di sebelah kanan depan.
7.       Kecuali bisa datang pagi-pagi sekali lebih baik tidak bawa kendaraan pribadi. Karena begitu di atas jam 8an pagi biasanya hanya bisa dapat tempat parkir di lantai atas dan saat keluar akan perlu waktu lama. Alternatif lain parkir di luar pasar, dan minta porter bawa belanjaan ke mobil.
8.       Ada beberapa tempat sholat kecil di beberapa lantai, tapi yang paling luas adalah masjid di atap Blok A, agak perlu usaha untuk ke sana tapi enak untuk sholat dan meluruskan kaki sesudah capek belanja. Juga ada tempat sholat di Blok B di lantai B1 (atau B2 ya?) los F, terpisah untuk wanita ada di tengah sebelah foodcourt sedang untuk pria di ujung depan.
9.       Foodcourt Blok A lantai 8 pilihan makanannya banyak dan tempat luas. Tapi tetap saja di jam makan siang kadang sulit mendapat tempat duduk, jadi perhitungkan waktu baik-baik.