Friday, August 10, 2007

Why I love Harry Potter (so much)


Agak basi mungkin, mohon dimaafkan soalnya baru seminggu terakhir ini bisa baca buku terakhirnya.

*Untuk menghargai semua yang belum baca Harry Potter and the Deathly Hallows, tidak akan ada spoiler di sini. Janji!*

Terlepas dari hal – hal remeh-temeh tapi kadang menimbulkan pertanyaan seperti misalnya kenapa nggak tinggal berseru “accio” atau tinggal ber-apparated/disapparated , membaca Harry Potter selalu memuaskan, antara lain karena:

  • Ceritanya jarang yang bisa kutebak arahnya. Mungkin akunya aja yang males mikir atau juga kalau baca Harry Potter lebih enak untuk tinggal baca dan hanyut di dalamnya tanpa terlalu perlu untuk meributkan ke mana cerita dari satu per satu buku itu akan berakhir.
  • Kalau dibaca ulang biasanya akan menimbulkan seruan, "oooo...jadi maksudnya begitu?" atau "lhaaaa... ini kan...?"
  • Hebatnya kemampuan JKR untuk membuat jalinan cerita dari buku 1 sampai buku 7 yang saling terkait dan seru. Seolah ada satu dunia kecil yang dia ciptakan satu hal kait-mengait dengan hal- hal lain. Walaupun sempat agak membosankan di buku 4 dan 5 serta agak- agak kebanyakan dosis siapa pacaran dengan siapa di buku 6, tetapi di buku terakhir hampir semula hal yang menjadi tanda tanyaku bisa dijawab dengan memuaskan.
  • Walaupun harus (?) membuat cerita yang panjang, lebar dan rumit, JKR rajin memberi detail-detail kecil dimana-mana. Nggak cuma hal-hal kecil yang nantinya jadi petunjuk buat buku-buku berikutnya, tetapi juga joke-joke yang tidak membuat kita merasa terpaksa untuk tersenyum bahwa tertawa.
  • JKR punya kecenderungan untuk bercerita segala sesuatu secara detail, kadang memang membosankan, tapi seringnya hal itu yang membuat kita larut dalam cerita * seringnya sambil nangis-nangis :p*
  • Tokoh-tokoh dalam Harry Potter manusiawi. Tidak ada protagonis yang benar-benar bersih dari kesalahan, Harry seperti kita tahu sering melakukan hal-hal yang aku sendiri sebel bacanya, Hermione juga, bahkan termasuk Dumbledore. Dan yang antagonis juga masih punya kehormatan dan cinta (yang udah baca buku 7 akan tahu siapa-siapa itu, ohhh… tentunya bukan Voldemort atau Dolores Umbrige)

Tentang Harry Potter and the Deathly Hallows

  • Dari mulai bab 2 udah bikin nangis-nangis, tambah ke belakang mata tambah bengkak terutama di bab 24 dan 33 (u’ll know y). *selain karena emang udah beberapa hari kurang tidur*
  • Ini buku anak-anak, it’s supposed to, tapi di beberapa bab ada tu bagian yang perlu disensor.
  • Ternyata mudah untuk merubah sebal menjadi salut atau bahkan sayang. Cuma tinggal merubah sudut pandang.
  • Buku penutup dengan ending yang memuaskan, walaupun cukup terganggu dengan epilog terakhir yang menurutku nggak terlalu perlu. Tapi yang nggak apalah karena memang ini toh buku anak-anak :p dan menurutku bab ini adalah bab persembahan untuk sang pencinta itu

Sepertinya mau mengulang baca, mungkin malah dari buku pertama. Iya, tentu, setelah perbaikan tesis selesai. Segera

update:
Tentang Harry Potter yang nggak ada di buku:
J.K. Rowling goes Beyond the Epilogue