Thursday, January 25, 2007

Aku, teman-teman dan dunia

dari sini
Pernah nggak merasa gini: sedang menghadapi kehilangan yang besar atau menghadapi masalah yang pelik banget dan semua terasa kacau balau.

Tapi waktu kita keluar rumah, kita merasa asing karena ternyata dunia tetap berjalan seperti biasa. Dan tidak ada yang berubah karena masalah yang kita hadapi.

Sadarlah kita kalau ternyata ada jarak antara dunia kita dengan dunia luar, kalau ternyata orang-orang memang hidup dalam dunianya sendiri-sendiri.
Dan kadang tidak peduli (atau mungkin tidak tahu ) dengan apa yang kita alami

Critanya,

Semalam waktu aku sedang membuat draft revisi proposalku (yang lagi-lagi dikembalikan dengan koreksi di sana-sini), ada sms masuk dari satu temanku. Minta didoain (n kalau sempat nengok) karena putra pertamanya masuk rumah sakit terkena DBD dan tifus.

Tau-tau rasanya seperti ada sebagian dari energiku yang terserap oleh sms itu.
Karena aku merasa betapa jauh duniaku dan dunianya (padahal beberapa tahun lalu kita teman sekamar).
Bukan cuma karena dia yang sudah punya 2 anak dan aku yang belum ada tanda-tanda ke arah itu, tapi bahkan untuk malam itu saja kondisi yang kita alami begitu berbeda. Dia di kamar rawat rumah sakit, cemas, capek tapi nggak bisa tidur dibanding aku di kamar, nyaman dan nyaris tanpa beban.
Tak peduli walaupun aku dan dia selama ini masih rajin berkomunikasi buat meng-update kondisi masing-masing, tetap saja dunia kita terasa tidak terhubung. Apalagi untuk teman-temanku yang lain yang jarang kutau kabarnya.

Agak iseng. Kemudian aku meng-sms 5 orang temanku yang dulunya cukup dekat, tapi lama tak kutau kabarnya. Cuma bilang:

"Apa kabar? Lama nggak masuk acara infotainment. Baik-baik aja kan?"
Tanpa nama.

Hasilnya: ada 3 sms balasan, 1 tidak masuk dan 1 tidak dibalas.

Dari 3 sms yang masuk:

Orang pertama:
"Alhamdulillaah, ya begini, lagi menata hati yang rusak. Metri pakabar?"
(kenapa? aku cuma berani berkomentar tanpa berani bertanya kenapa. Kalo mau cerita, ia bakal cerita)

Orang kedua:
"Iya ni, kangen lab. Di sini capek, aku lagi di Surabaya sekarang. Metri pakabar? Ada gosip nggak di lab?"
(hehehe... tetep, yang ditanyain gosip. Bekerja sebagai auditor di kantor audit ternama, memang sudah berarti penyitaan waktu dan energi dalam proporsi yang besar)

Orang ketiga:
"Ini siapa, ya?"
(Haaa.... ??!! Bahkan setelah aku balas dengan menyebutkan namakupun, dia tetap salah orang)

"Maaf, aku baru migrasi ke halo jadi banyak nomor yang ilang. Ini metri teman sma, kan?"
(waaaaaa..... dua kemungkinan: nomorku nggak ikut termasuk nomor yang di-save ke hp sebelum ganti sim card atau dia maen ngasih simcard lama gitu aja? Teman SMA??!)

Orang keempat (yang nggak balas sms), siangnya menelpon ke hpku.
"Ini nomor siapa ya?"
(waaaaaa... lagi-lagi ! Sewaktu aku protes)

"Aku simpan nomormu kok, cuma beda nih, sama nomor kamu sekarang. Yang sekarang depannya pake +62 ...."
(rotflol)

Maaf, ya teman-teman kalo tidak berkenan kata-katanya aku jadiin tulisan begini.
Karena aku cuma sedang menyadarkan diri-sendiri, kalo kita, manusia memang hidup sendiri cuma kadang jalan kita saling bersinggungan atau berpotongan di titik-titik tertentu. Dan aku lagi pingin memperbanyak titik-titik potong itu, mungkin komunikasi bisa sedikit menolong.

Yang jelas aku juga mesti, mengevaluasi ulang caraku berteman, biar orang-orang nggak sakit hati sama aku sampai menghapus nomorku dari memory mereka.

No comments: