Monday, December 11, 2006

price, pride, prestige…...

dari sini

Menonton final ganda putra bulu tangkis ASIAN Games 2006, malam minggu kemarin benar-benar membuat aku kecewa.
Pertama, memang karena Indonesia (
Alvent Yulianto/Luluk Hadiyanto) kalah, straight set dan yang mengalahkan adalah musuh bebuyutan kita di bulu tangkis, Malaysia.
Tapi ya, emang
Alvent Yulianto/Luluk Hadiyanto mainnya nggak bagus, atau mungkin lawannya emang lagi main bagus. Aku nggak tahu, -harap maklum udah lama nggak mengikuti perkembangan bulu tangkis sekarang-, biasanya mereka mainnya gimana. Tapi ya, menyedihkanlah…dan bukan pertandingan yang penuh perlawanan sengit yang membuatnya enak untuk ditonton.
Tetapi yang lebih menyedihkan…mengecewakan buatku adalah karena pelatih tim Malaysia adalah Rexy Mainaky…..
Aku tu nggak ngerti ya, apa aku yang terlalu naïf mengartikan nasionalitas. Bahwa menurutku nasionalitas nggak terbeli dengan apapun (price, pride, prestige…)?
Atau apa aku yang terlalu sempit mengartikan kalo seseorang -yang sudah sering mewakili Indonesia- melatih tim negara lain (Malaysia!!!!!) dan ‘kebetulan’ di final ketemu negaranya sendiri dan bisa mengalahkannya itu artinya ia sudah kehilangan nasionalitasnya?
Nggak tau juga apa rasa kecewa campur kesal ini karena yang mengalahkan adalah Malaysia?


Trivia (-trivian):

  1. Walaupun banyak yang menentang, tetapi mulai pertengahan 2006, bulu tangkis memakai cara penghitungan nilai baru , dari semula 15 x 3, sekarang menjadi 21 x 3 dengan sistem relly point. Bagi pemain yang lama panasnya sistem ini jelas merugikan, -kalo dulu tu model Susi Susanti gitu- karena pas dia udah benar-benar siap, ternyata nilainya sudah ketinggalan jauh. Alasan IBF : agar waktu pertandingan lebih bisa diprediksi (jadi TV-TV nggak be-te?), agar kesenjangan nilai tidak terlalu jauh dan tidak akan ada yang mendapat nilai nol. Dan agar lebih banyak iklan masuk?
  2. Saat ini, peringkat satu dunia untuk tunggal putra adalah Lin Dan dari China, yang pada final tunggal putra perseorangan Asian Games 2006 ini dikalahkan Taufik Hidayat. Sementara Taufik Hidayat berada di peringkat 8 dunia. Dari keseluruhan kategori hanya ganda putra Alvent Yulianto/Luluk Hadiyanto wakil Indonesia yang berada dalam 2 besar. Koo Kien Keat/Tan Boon Heong yang mengalahkan mereka berada di peringkat 8 dunia.
  3. Prestasi pemain putri memang sudah parah sejak lama. Dan saat ini tidak ada yang masuk peringkat 20 besar sekalipun. Untuk tunggal putri Indonesia, peringkat paling tinggi adalah Firdasari Adrianti berada di peringkat 48 dunia. Untuk ganda putri, ada yang menduduki peringkat 21 dunia Novita dan Nurlita (siapa mereka? Aku juga baru tahu nama mereka saja :p). Untuk ganda campuran, cukup lumayan ada Nova Widianto/Lilyana Natsir di peringkat 5 dunia/
  4. Januari 2006, Rexy Mainaky (ternyata) sudah menjadi pelatih Malaysia (sebelumnya menjadi Pelatih Bulu Tangkis di Inggris) dan di Kejuaraan All England, pemain-pemainnya sudah mulai mengalahkan pemain Indonesia, -aku baru tau…..-

Sumber: dari sini

3 comments:

Anonymous said...

Waduh...berat nih....
Nasionalisme? Ehm... tki --baik nonformal maupun yang tenaga ahli-- yang berkerja untuk atau di negara asing (secara negaranya sendiri tak sanggup menyediakan lapangan kerja yang layak) apa lantas disebut tidak nasionalist?
N talking 'bout malay, apa tim arsitek indonesia yang menjadi perancang awal twin tower juga tidak nasionalist?
Jadi, globalisasi or 'frog under the coconut shell' ? :p

Metri said...

huehehehe.....ada yang nggak terima! suara hati orang-orang yang kerja buat foreigner.
Sebenarnya sih, yang jadi masalah, karena bukutangkis Indonesia jadi kalah sama Malaysia.
Malaysia! yang suka licik waktu tim bulutangkisnya maen di kandang sendiri, yang expor kayunya lebih banyak daripada kita (padahal luas hutannya...), yang sudah meng-klaim batik jadi milik mereka, yang udah meras tki dan diusir-usir setelah nggak butuh lagi, yang udah nyuri pulau kita... daftarnya masih panjang (walo sebagian juga karena kesalahan kita).
tapi ya...ahhh capek n jadi emosi ngomong ginian

Anonymous said...

Malay licik it's ok, walau mungkin krn kebodohan kita juga yang mau2an diliciki, but nasionalist ? Ga sesempit itulah...
Check..check... berapa perbandingan pma dgn pmdn... (secara dari dulu gw kerja di pma!)