Friday, October 06, 2006

Good News

Indonesia Bebas dari Utang IMF

BI melunasi 3,2 miliar dolar AS sisa utang kepada IMF.
Dengan dilunasinya seluruh utang, Indonesia tidak lagi masuk dalam post monitoring program IMF. Adapun alasan mengapa BI mempercepat pelunasan utang yang semestinya baru dibayar pada 2010 mendatang itu, Burhanuddin menyebutkan salah satu di antaranya adalah kondisi makroekonomi yang terus membaik.

JAKARTA -- Indonesia dipastikan terbebas dari jeratan utang Dana Moneter Internasional (IMF) mulai pekan depan. Kepastian itu setelah Bank Indonesia (BI) memutuskan melunasi seluruh sisa utang kepada lembaga donor internasional itu sebesar 3,2 miliar dolar AS, termasuk bunga.

''Dengan selesainya pembayaran ke IMF, maka Indonesia sekarang sudah pada posisi yang setara. Kita sudah menjadi anggota yang biasa, anggota yang normal, bukan anggota yang sakit,'' kata Gubernur BI, Burhanuddin Abdullah, di Jakarta, Kamis (5/10). Pemberitahuan pelunasan seluruh sisa utang itu, kata Burhanuddin, disampaikan ke IMF pada Kamis pagi. Diperkirakan, proses administrasi pelunasan memakan waktu lima hari. ''Sehingga, akhir pekan depan Indonesia tidak mempunyai utang lagi ke IMF,'' jelasnya.

Setidaknya ini ditunjukkan oleh prospek neraca pembayaran Indonesia pada akhir tahun yang diperkirakan mengalami surplus 13,2 miliar dolar AS. Sementara cadangan devisa bakal mencapai 43,3 miliar dolar AS di akhir tahun, karena pada akhir triwulan ketiga tahun ini saja cadangan devisa yang tersimpan di BI sudah 42,3 miliar dolar AS. ''Pembayaran itu menjadi sinyal yang baik bagi perekonomian Indonesia, sehingga kita dapat bekerja tanpa beban dan timbul kepercayaan diri, kata Burhanuddin.

Deputi Gubernur BI, Hartadi Sarwono, menjelaskan, nilai sisa utang pokok IMF yang dibayarkan sebesar 3,1 miliar dolar, ditambah satu kali pembayaran bunga, sehingga total tanggungan yang harus dibayar senilai 3,2 miliar dolar AS. ''Ini sudah menjadi keputusan BI untuk melunasi seluruh utang jika cadangan devisa cukup. Dan hari ini saatnya,'' kata Hartadi.

Cadangan devisa yang ada saat ini sebesar 42,3 miliar dolar AS, katanya, cukup untuk kegiatan impor selama 4,6 bulan. Sementara dari percepatan pelunasan ini, Indonesia dapat menghemat 500 ribu dolar AS.

Penghematan itu diperoleh karena sampai akhir tahun 2006, Indonesia semestinya membayar bunga utang 22 juta dolar AS. Namun karena dipercepat, maka Indonesia hanya perlu menyetor bunga 21,5 juta dolar AS. Ditemui di DPR, Menkeu, Sri Mulyani, menyambut baik langkah BI itu, baik dari sisi waktu maupun jumlah yang dilunasi. ''Dalam hal keseimbangan antara arus modal yang masuk ke Indonesia dan cadangan devisa, dan kebutuhan dari sisi pembiayaan, saya kira semuanya sudah dipertimbangkan oleh BI,'' kata Sri Mulyani.

Namun, percepatan pelunasan itu tidak mengubah status keanggotaan Indonesia di IMF. ''Karena ini pembelian kembali istilahnya, dan itu tidak memengaruhi status keanggotaan.'' Sementara anggota Komisi XI DPR, Dradjad Wibowo, berharap dengan dilunasinya utang ke IMF, diikuti pula dengan tidak lagi mengikuti agenda-agenda IMF. ''Kebijakan ekonomi harus mampu menjadikan bangsa Indonesia tuan di negeri sendiri,'' katanya.

Bersama dengan anggota IMF lain dari kelompok negara berkembang, Indonesia disarankan menggalang kekuatan untuk mendorong demokratisasi di tubuh IMF. Mereka harus berjuang menggeser resep-resep neoklasik dan neoliberal IMF menjadi paradigma proekonomi pembangunan dan akomodatif terhadap kepentingan negara berkembang. ''Keberhasilan ekonomi negara-negara seperti Malaysia yang menolak resep IMF, Korea Selatan serta Rusia yang menerapkan resep IMF seperlunya saja, harus jadi cotoh,'' katanya. evy

Latar

Pada 30 Juni 2006, BI melunasi utang ke IMF sebesar 2,549 miliar Special Drawing Rights (SDR) atau setara 3,763 miliar dolar AS, separuh dari total utang Indonesia ke IMF.

Total utang RI ke IMF adalah 5,131 miliar SDR atau setara 7,51 miliar dolar AS.

No comments: